Kabut Hitam “Selimuti Pulau Masyai”

(4/08/2016) Rintik hujan pada pagi ini tiada henti membasahi badan kapal biru milik pemerintah kabupaten Supiori. Tapi tidak menurunkan niat 7 ksatria lautan untuk melewati gelombang bersama penduduk setempat. “Bapak yakin aman, kami berangkat bersama Bapak”, katanya.
Dua kapal melaju dengan hati-hati dan berada dekat dengan daratan.
Tingginya gelombang membuat dada berdetak kencang dan badan terasa kaku. Rasanya seperti kora-kora kalo kalian pernah naik. Tapi rasanya beda karena ini pertaruhan maut karena sapa yang mau menolong, kami ada dilautan pasifik dimana daratan terlihat jauh. Gelombang terus menghantam badan kapal sehingga tiada daya untuk berusaha tetap menembus ombak menuju tempat tujuan. Memang pengalaman yang tidak akan pernah saya dapatkan di daerah sendiri. Saya bersama orang-orang yang kuat sehingga bisa memberikan kekuatan untuk terus melaju. Hanya berserah diri kepada allah, sang pemilik alam. Hanya Dialah yang bisa mengubah sesuatu. Terus berdoa agar ombak tetap menjadi teman untuk menuntun kami ke tempat tujuan.


Alhamdulillah, pulau yang kami tuju sudah agak terlihat. Walaupun sangat kecil tapi dapat menghilangkan setitik kecemasan dan ketakutan akan kondisi saat itu. Kapal terus melaju dengan kencangnya. Bapak desa sebagai motorrace kami juga tetap percaya diri membawa fiber tersebut sehingga kita telah sampai di bibir pantai. Terlihat warga di sana menyambut kami dan membantu agar perahu dapat naik di daratan. Hal yang bisa dipetik dari kejadian ini yaitu sungguh pemandangan bahagia ketika melihat warga desa masih memiliki jiwa gotong royong yang tinggi. Setiap perahu yang ada bersandar, mereka bersama-sama menarik perahu sampai ke daratan. Mereka memang baik dan tulus sehingga mereka pantas mendapatkan pelayanan kesehatan dari kami walaupun jauh dari kota.

Salam Nusantara, Sehat untuk kita semua…


0 comments: