Gadis Papua itu Bernama Inku

My name is Yuliana Sarawan. But you can call me Inku. . I’m pretty and polite. I love Ms. Fany, Ms. Fatma, Ms. Fika, Ms. Suci, Mr. Mari0 and Mr. Nawirku. This is my picture :

Inku adalah salah satu teman kami saat kami melaksanakan tugas sebagai tim Nusantara Sehat di desa Masyai, kabupaten Supiori, Papua. Dia sosok yang tulus dan baik hati. Tapi terkadang dia mau jadi adik kami yang paling kita sayang. Iya sih, dia baik memang dan yang paling kita sayang.

Awal ketemu sama dia di tempat pengisian ulang air galon dengan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Panel Surya - Solar Cells. Hebat juga desa ini punya fasilitas yang cukup baik dan airnya gratis pula. Lanjut lagi ke inku, dia satu-satunya anak desa yang terus ikut sama kami. Mulai dari sampai di pantai, trus ke rumah dan akhirnya sampai di tempat ini. Dia memakai baju warna pink tulisan “I Love Makassar”. Wahhh, itu kampungku hehehhe langsung ingat kampung deh setelah 7 bulan meninggalkannya. “Adik pu nama siapa?”, tanyaku. “Yuli”, jawabnya. “Ko pu rumah di mana?”, Tanyaku lagi. “Di sanae, dua rumah dari sini”, balasnya. Setelah pertemuan itu, dia mulai berkenalan dengan teman-teman yang lain.
Besok harinya, kami bertemu lagi dengan dia setelah keliling pulau. Dia tampak datang sendiri dari kejauhan sana. Terpikir di benakku, dia tidak memiliki teman. Kenapa dia selalu datang sendiri. Tapi setelah beberapa hari, kami pun akrab. Dia mulai membawa temannya untuk main. Nama temannya Marta, Yedi, Eni dan Yaboor. Mereka adalah anak-anak pulau yang pintar dan baik hati. Kalo menangkap ikan dengan memakai nilon dan umpan, mereka jagonya. Dan jago main tentunya.
Teringat kebaikan inku, yang selalu memberi rica (Lombok atau cabe), sayur, ikan dan lainnya karena pulau ini jauh dari daratan yang dapat menyediakan bahan makanan yang cepat. Pulau Masyai, pulau inku ini merupakan pulau yang terjauh kedua dari perbatasan Papua, Indonesia – Philipina. Habislah badan ini dimakan usia jika tidak ada orang-orang pulau yang berbagi dengan kami. Tidak ada pasar, beraspun kita harus menempuh jalur laut minimal 4 jam untuk membelinya. Tapi, sungguh beruntung kami dapat hidup dengan inku dan orang-orang pulau di sini. Mereka sangat baik, walaupun kami sebagai pendatang (kulit, ras, agama beda) tapi kami dihormati sebagai penduduk di sini. Tidak dibeda-bedakan satu sama lain.

Kami tidak akan melupakan semua kenangan dan kebaikan yang pernah inku kasih. Love you Inku, Love Masyai, Love Papua.

0 comments: