Tamasya Nusantara Sehat Ala Desa Masyai
Panas terik tidak menghentikan langkah kami untuk menikmati tamasya di desa ini. Hari ini setelah memberikan penyuluhan di sekolah dasar, kami berencana untuk ke bakiori (batu hitam)yang merupakan salah satu tempat dimana kita dapat melihat pemandangan yang indah. Hempasan ombak yang picah di batu hitam seakan berada di pulau dewata serta pemandangan pantai yang menakjubkan :D
“Ombraen Mura (bahasa biak yang artinya ayo kita jalan)”,
kata seorang teman yang bernama Fika. Kita jalan melewati ujung kampung
melewati pohon sukun dan ada pohon yang unik. Seperti perpaduan antara pisang
dan sukun. Nih videonya :
Ada juga pohon sukun dimana daunnya beda dengan pohon sukun
pada umumnya. Bingung juga sih, tapi itulah keunikan yang ada di sini. Walaupun
beda tapi hasilnya tetap sama seperti semboyan Indonesiaku Tercinta “ Bhinneka
Tunggal Ika (Berbeda-beda tapi tetap sama : penduduk Indonesia)”
Sebelum ke bakiori, kami diajak untuk ke kebun mama. Kami
melewati pohon-pohon, air yang becek (sisa air hujan yang masih tertinggal di
hutan hehehhe ingat banjir yang biasa dilewati di depan rumahku tapi bedanya
saya sekarang bukan di kota tapi desa dengan keasrian poho-pohon dan udara yang
sejuk).
Mama, di sini ada ular ya? Kataku. Mama menjawab, “Tidak, di
sni tarada ular. Aman” Kata mama membuat kami lebih percaya diri untuk melewati
tanaman-tanaman hutan ini. Kalau mau jalan di desa ini, saya sarankan bersama
penduduk asli karena bersama mereka kalian bisa lebih aman.
Dijalan kami melewati beberapa penduduk yang potong kayu.
mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak. Pulau mereka jauh dari kota dan
minyak tanah juga mahal. Di sini minyak tanah di jual 8.000-10.000 perliter.
Hal yang unik di sni dimana mama yang memiliki peran penting untuk bekerja.
Mama di sni lebih banyak kerja dari pada bapak. Bapak tugasnya memcari ikan
dilaut atau jaga rumah. Mama yang keluar dari pagi sampai sore untuk berkebun
dan ambil kayu.
Ada juga kumpulan penduduk yang membuat sagu(makanan pokok
masyarakat desa). Mulai dari proses pengambilan batang sagu menjadi sagu yang
siap untuk dijadikan papeda (makanan khas papua). Sagu berasal dari batang pohon sagu. Setelah batang
pohon dipotong, proses selanjutnya yaitu topok sagu (proses pencecahan batang
sagu menjadi serbuk sagu). Kemudian setelah menjadi serbuk, sagu diramas
(proses pemerasan serbuk sagu yang telah dicampur menjadi air kemudian melewati
batang sagu yang panjang sebagai pipa dan muaranya akan terbentuk endapan
sagu). Itulah yang mereka lakukan selama berhari-hari di hutan, sagu biasanya
mereka makan sebagai makanan pokok dan dijual di kota.
Akhirnya kita sampai juga di rumah persinggahan untuk
memasuki kebun dan kamipun istirahat di situ. Tiba-tiba mama dan awer(orang
bisu) keluar dari hutan dan membawakan kami kelapa muda. “Enak sampeee (artinya
enak banget)” kataku. Baru kali ini lagi minum kelapa muda yang segar.
Orang-orang di sini memang baik sekali sama kami. Mereka mengganggap kami
seperti penduduk di sana. Saya akui orang pesisir Papua baik banget dan penyayang
lagi. Tidak seperti yang biasanya diberitakan di televise kalau orang di Papua
itu identik dengan saling bunuh dan tidak akur dengan seperti kami pendatang.
Pokoknya senang bekerja di desa ini karena selain bekerja kami bisa tamasya
bersama dan mengenal mereka semua baik dari segi kesehatan, pekerjaan dan
lainnya.
Hmmm, it’s time to
enter the garden. Sekarang kita mau masuk ke kebun. Kebun yang kita lewati
banyak sekali, mereka banyak menanam cabe, bayam, kangkung, papaya, ubi jalar,
singkong, gedi, dan kacang panjang. Mereka tumbuh subur di kebun. Kami
membagi-bagi untuk memetik sayur. Ada yang petik cabe dan kalau saya petik daun
ubi jalar + gedi. Daun ubi jalar dan gedy ini tidak pernah kami makan didaerah
kami, tapi ternyata orang di sini makan. Kami juga ikut mencoba dan rasanya
enak kok. Kalau daun ubi jalar rasanya seperti kangkung, sedangkan gedi rasanya
seperti banyam tapi agak licin kalau udah dimakan. Setelah semuanya dipetik,
kami duduk santai.
Mama udah datang dari kebun yang ada di gunung, kemudian kami
kembali ditempat istirahat. Kami minum kelapa lagi hehehe lumayan untuk tambah
tenaga. Mau bilang makasih sama paman Esau Sawor karena telah memotongkan
kelapa :D
Kita melanjutkan perjalanan lewat pantai untuk sampai ke
bakiori. Diperjalanan kami dapat ikan karena paman esau sambil mincing. Uniknya
di sini kita bisa dapat ikan besar yang enak dengan hanya membuang mata kail di
pantai. Memang pantai di sni memiliki kekayaan bawah laut yang menakjubkan.
Kita bisa dapat 8 ikan tapi campur sih ada yang kecil dan besar tapi itu cukup
untuk makan malam kami hehehe
Akhirnya sampai juga di bakiori dan waktunya untuk
santai-santai. Sambil melihat teman-teman mincing, kami menikmati indahnya alam
dengan mengabadikannya di lensa kamera. Ini dok. :
Terima kasih udah membaca pengalaman kecil yang sungguh
menyenangkan bagi kami. Semoga kalian bisa berkunjung di desa ini juga. Because Nusantara Sehat, We can Stand ini
Here, Masyai Island. #myjobmyadventure
0 comments:
Post a Comment